Kamis, 15 April 2010

CINTA (Cara Indah Niat Tulus karna Allah)

Ketika pekerjaanmu tdk dihargai, maka saat itu kau sdng belajar tntng Ketulusan....
Ketika usahamu dinilai tdk penting, maka saat itu kau sdng belajar tntng Keikhlasan....
Ketika hatimu terluka dalam, maka saat itu kau sdng belajar tntng Memaafkan....
Ketika kamu merasa lelah & kecewa, maka saat itu kau sdng belajar tntng Kesungguhan...
Ketika kamu merasa sepi & sendiri, maka saat itu kau sdng belajar tntng Ketangguhan....
Ketika kamu merasa letih hingga ingin berhenti, maka saat itu kau sdng belajar tntng Arti Pengorbanan ...

Ketika smua cobaan datang menyapamu, maka saat itu kau sedang blajar utk lebih bersyukur & mendekat pada-Nya....

Rabu, 03 Februari 2010

Skenario Terindah Allah

 " Allah tidak pernah menjanjikan hari-hari kita kan berlalu tanpa sakit, berhias tawa tanpa kesedihan, berselimut senang tanpa kesulitan atau terpancari matahari tanpa hujan. Tapi yang pasti Allah menjanjikan kita kekuatan untuk melalui kehidupan hari ini dan esok. Sebab
Kesulitan adalah bagian dari kehidupan
."

Sabtu, 23 Januari 2010

Psikologi Pendidikan Anak












Oleh : Bobby Butar 
 

Latar Belakang Penulisan

Pada tahun 2006 yang lalu saya diamanahkan menjabat sebagai kepala sekolah di salah satu yayasan di Jakarta. Saya senang sekali bisa melihat anak-anak. Sedikit banyak saya belajar memahami karakter seorang anak. Buat saya karakter mereka tidak ada yang sama satu sama lain. Mungkin itulah keistimewaan yang Allah berikan kepada manusia. Pada kesempatan kali ini saya ingin sharing atau berbagi ilmu mengenai psikologi dan pendidikan anak. Semoga bisa bermanfaat ....
 

A. Pendahuluan
child
Menjadi impian setiap orang tua untuk memiliki anak yang cerdas, multi talent, baik hati, taat, hormat, mencintai orang tua serta mengasihi Tuhan sang pencipta. Anak impian (dream child) mampukah dimiliki setiap orang tua? Saya percaya hal itu mampu diwujudkan. Akan tetapi prosesnya tidaklah instan, seperti bila kita memasak mie instan. Sebab dibutuhkan waktu, kerja keras, perhatian, kesabaran serta pengorbanan dari orang tua.
Penemu terbesar abad lalu, pencipta bola lampu listrik yang menerangi dunia sampai hari ini, Thomas Alva Edison adalah salah satu contoh anak impian yang berhasil dibangun dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut. Dia bahkan disebut bodoh oleh guru SD-nya, tidak mampu menerima pelajaran, IQ 81 (di bawah rata-rata), sehingga membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Akan tetapi, ia mempunyai seorang ibu yang berhati emas, dengan penuh kesabaran dan ketekunan ia mengajar dan mendidik anaknya. Perhatian dan cintanya telah membuat anak itu mempunyai kepercayaan diri, dan mulai meningkat aspek kecerdasannya (IQ), sehingga dunia mencatat, pada akhirnya melalui seorang yang dulunya dicap bodoh, lahir salah satu penemuan terbesar dalam sejarah manusia. Saya percaya, akan lahir Thomas Alva Edison lain yang akan membanggakan orang tua, bila kita mengetahui cara-cara mendidik dan mengeksplorasi bakat anak.





B. Tiga Aspek Kecerdasan
Para pakar psikologi dan pendidikan telah mengidentifikasi bahwa ada tiga faktor kecerdasan (intelligence) yang harus mendapat perhatian para orang tua serta guru dalam mendidik anak. Prof. Dr. Daniel Goleman (USA) yang mendapat julukan sebagai Bapak Manajemen Modern, mengatakan bahwa keberhasilan dipengaruhi oleh 20% IQ dan 80% EQ, SQ.


                    1. Intellectual Quotient (IQ)

Sering disebut sebagai kecerdasan intelektual. Dimana otak kiri dan otak kanan berfungsi dengan baik dan maksimal. Indikatornya terlihat dari prestasi yang ada, baik itu dalam hal pengetahuan (knowledge), logika, matematika, seni, musikalitas, menggambar dll.

Untuk merangsang agar IQ seorang anak menjadi baik bahkan diatas rata-rata, perlu diperhatikan asupan makanan yang kaya dengan protein. Baik yang berasal dari hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Makanan seperti telur, ikan laut, daging sangat disarankan. [MN.1998.3.10U]
2. Emotional Quotient (EQ)

Sering disebut sebagai kercerdasan emosi. Yaitu bagaimana seorang anak menguasai emosi dirinya. Indikatornya terlihat dari sikap yang asertif (mampu mengemukakan pendapat, isi hatinya dengan baik dan lugas), berani berbicara di depan umum, berani menyampaikan suaranya di depan umum, percaya diri, komunikatif serta tidak mudah marah (pemarah). [Ds.2008.4.15U]



3. Spiritual Quotient (SQ)
Sering disebut sebagai kecerdasan spiritual/rohani. Yaitu bagaimana seorang anak mengapresiasi Tuhan pencipta serta alam ini. Indikatornya terlihat dari rohani yang hidup, integritas diri yang terbentuk, karakter yang memancarkan kebaikan, kelembutan, peramah bukan pemarah, serta mental yang matang (menunjukkan mental pemenang bukan kalah/looser).





C. Peran Orangtua & Guru
Orang tua harus memperhatikan ketiga aspek itu dalam mendidik anak. Sebab mereka juga yang pada akhirnya akan memetik buahnya. Apabila anaknya dididik dengan baik, besarnya nanti pasti akan menjadi anak yang menyukakan hati, namun hal sebaliknya bisa terjadi. Tidak heran bila kita melihat ada anak-anak yang lupa orang tua, menaruh orang tua di rumah jelek, sementara dia hidup dalam kemewahan dan sebagainya.
Orang tua memegang peranan terbesar, sebab itu harus memberi perhatian yang sungguh. Jangan berhenti untuk belajar cara mendidik anak, baik itu melalui buku-buku ilmiah, psikologi, pendidikan maupun tayangan televisi yang bertemakan pendidikan. Orang tua juga harus menjadikan dirinya teladan kehidupan. Sebab anak biasanya meniru orang tua. Karena itu hati-hati dalam perkataan maupun sikap.
Orang tua juga tidak boleh merasa benar dan menang sendiri dalam berkomunikasi dengan anak. Apabila memang salah, disarankan untuk meminta maaf kepada anak. Hal itu akan membuat anak belajar kerendahan hati.
Guru hanya “memegang” anak paling lama 3- 5 jam. Karena itu, orang tua tidak seharusnya menyerahkan pada guru dan bersikap tidak perduli. Sikap terbaik adalah orang tua harus bekerja sama dengan guru. Saling memberi masukan, saran dan pendapat antara kedua pihak akan membuat keduanya dapat memonitor perkembangan anak, mengevaluasi hal-hal yang perlu diperhatikan dan meneruskan upaya pembinaan baik dalam aspek IQ, EQ dan SQ.
Jangan melupakan juga Tuhan. Sebab segala sesuatu dalam hidup ini ada dalam kasih dan kebaikan-Nya. Mendoakan anak merupakan hal terbaik yang dapat dilakukan orang tua. Mengandalkan Tuhan dalam segala perkara, akan selalu mendatangkan berkat bagi setiap orang.





Kesimpulan
IQ, EQ maupun SQ merupakan tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pendidikan anak. Ketiganya harus berjalan beriringan (balance). Untuk itu orang tua dan guru harus bekerja sama bergandengan tangan, tidak disarankan untuk menyerahkan semuanya kepada guru, karena keterbatasan waktu.
Renungkanlah! Masa depan anak ada di tangan kita hari ini. Selamat mendidik anak.

Reference :
1. Mackintosh, NJ, IQ dan Kecerdasan Manusia (1998)
2. Desiree, S.si, Melejitkan ESQ Anak (2008)


Minggu, 27 Desember 2009

Berfikir Besar


Anda Besar Dengan Berpikir Besar.. Anda kecil bila berpikir kecil. Keterbatasan Anda adalah pikiran Anda. Mimpi dianugerahkan agar Anda bisa berpikir besar. Maka bermimpilah menjadi besar. Mulailah dari pikiran Anda. Keberhasilan semata-mata bagaimana Anda meletakkanya dalam pikiran. Tidak ada yang salah pada lingkungan sekitar. Tidak pula salah pada waktu Anda. Semua memberikan tempat dan kesempatan bagi anda untuk meraih keberhasilan. Tinggal Anda mengambil langkah pertama, yaitu berpikir besar.